Dia tak pernah menduga akan tampil di media massa. Berkat
prestasinya di Liganas Muaythai 2022 di Sulsel 24 Januari lalu, fotonya yang
sumringah sambil mengangkat piala muncul di Koran Serambi Indonesia. Kisahnya bukan
cuma beredar di Desa Penuntungan Kecamatan Penanggalan Kota
Subulussalam tempat ia berasal, tapi juga sampai ke tangan banyak pembaca di
Indonesia.
Dia lahir di Nias
tahun 2000 dengan nama Febirlina Nduru. Anak kedua pasangan Faotulo Nduru dan alm.
Yuniati Giawa ini mulanya beragama Kristen sesuai keyakinan orang tuanya. Di
usia 17 tahun ia memutuskan jadi muallaf, mengikuti jejak sang abang yang telah
lebih dulu menjadi muslim. Sejak saat itu ia konsisten memanggil dirinya dengan
sapaan “Siti”, nama depan dari nama hijrahnya “Siti Rahmah”.
“Di dokumen resmi nama Siti masih Febirlina Nduru. Di KTP,
akte, ijazah semua masih belum ganti. Makanya Siti masih harus pake nama Febirlina Nduru. Tapi boleh
panggil Siti aja,” katanya.
Siti menyelesaikan pendidikan SD hingga SMP di Kabupaten Aceh
Singkil. Memasuki tingkat SMA, Siti lulus seleksi Program Beasiswa Penuh Anak
Muallaf di Baitul Mal Aceh. Ia pindah ke Aceh Besar, melanjutkan sekolah asrama
di Dayah Daruzzahidin, Kuta Baro. Seluruh biaya pendidikan Siti ditanggung
oleh dana zakat Baitul Mal Aceh.
“Yang dapat beasiswa Baitul Mal Aceh bukan cuma Siti. Di
keluarga Siti ada tiga orang yang dapat. Abang Siti dibiayai penuh oleh Baitul
Mal Aceh untuk kuliah di UIN Ar-Raniry. Kami sekalian berangkat ke Banda Aceh
waktu itu. Setelah itu, adik tiri Siti juga dapat beasiswa santri. Saat ini dia
belajar di pesantren di Jantho, ” cerita Siti.
Kecintaan Siti terhadap olah raga bela diri muncul secara
alami sejak kelas 3 SD. Ia mengaku memiliki dorongan untuk berkelahi sehingga
butuh tempat pelampiasan emosi yang lebih positif.
“Awalnya Siti gabung ke klub karate. Dapat pelatih dan
pernah ikut bertanding tapi tak pernah menang. Mungkin karena tak dapat restu
dari Mamak,” kata Siti.
Orang tua Siti memang sempat menentang pilihan putrinya
itu karena pertimbangan kurang cocok untuk anak perempuan. Tapi, melihat
kegigihan Siti dan prestasi yang berhasil ia peroleh, orang tuanya pun luluh.
Siti pindah ke cabang olahraga muaythai pada tahun 2017
setelah pelatihnya melihat peluang Siti berkembang di cabang itu. Siti juga bergabung
dengan Komite Nasional Olahraga Indonesia (KONI) sebagai atlet binaan dari kota
Banda Aceh dan rutin berlatih di sela-sela jam sekolah di Daruzzahidin. Berkat
bakatnya dia mendapat perlakuan khusus, diberikan dispensasi untuk libur
sekolah jika ada karantina atau pertandingan dengan syarat harus melampirkan
surat izin dari KONI.
Satu persatu prestasi di cabang muaythai berhasil ia
torehkan. Siti menyabet dua kali gelar juara Pra PORA (tahun 2017 dan 2021), juara
PORA tahun 2018, juara PORWIL tahun 2019,
dan tiga kali juara KEJURNAS (tahun 2017, 2018, dan 2022) terbaru, Siti mengharumkan nama
Aceh dengan meraih medali emas dalam Kejurnas Liganas Muaythai 2022 di Sulawesi
Selatan, Januari lalu.
Saat ini Siti
tercatat sebagai mahasiswa semester 3 FKIP Penjaskrek (Pendidikan Jasmani,
Kesehatan dan Rekreasi)Universitas Serambi Mekkah. Kuliahnya juga dibiayai penuh
dengan dana zakat Baitul Mal Aceh. Siti mengaku sangat bersyukur atas beasiswa
tersebut. Berkat dana zakat, ia bukan hanya mendapatkan kesempatan merantau untuk
sekolah dan mendalami Islam, tetapi juga peluang yang lebih besar untuk
mengembangkan bakatnya di olahraga beladiri.
“Siti bisa fokus
belajar dan berlatih. Tak perlu pusing mikirin biaya sekolah dan biaya makan.
Bonus dari juara muaythai bisa Siti tabung. Target Siti, sebelum usia Siti
mencapai batas maksimal sebagai atlet muaythai di tahun 2025, Siti bisa bangun
rumah orangtua di kampung,” Siti berbagi harapannya.
Cita-cita tersebut
bukan untuk megah-megahan. Keluarga Siti saat ini menempati rumah yang
menurutnya tidak representatif untuk menampung 13 jiwa: 11 anak dan 2 orang tua.
Rumah tersebut berukuran kecil dan hanya memiliki dua kamar tidur. Selain itu,
ayah Siti yang berprofesi sebagai buruh tani masih harus
menanggung 8 orang anak, dua di
antaranya sedang sekolah di Pesantren Fajar Hidayah, Aceh Besar. Siti akhirnya juga
ikut berhemat, menyisihkan beasiswa untuk bantu meringankan beban ekonomi
orangtuanya.
“Kepada muzaki yang
sudah bayar zakat, Siti ucapkan terimakasih. Semoga lebih banyak anak-anak lain
seperti Siti dan keluarga Siti yang mendapatkan kesempatan ini. Bisa sekolah,
mengembangkan bakat, juga bantu orang tua,” kata Siti menutup obrolannya dengan
amil Baitul Mal Aceh.
Siti beserta abang
dan adiknya adalah tiga dari ribuan anak
dari keluarga kurang mampu yang menerima beasiswa penuh Baitul Mal Aceh. Selain
mereka, masih banyak anak-anak lain yang butuh bantuan pendidikan. Tahun 2022
ini, Baitul Mal Aceh menargetkan akan memberikan beasiswa penuh kepada 367 orang. Anda bisa ikut membantu mereka dengan
menyalurkan zakat melalui Baitul Mal Aceh. Kontak Layanan Jemput Zakat setiap
jam kerja di +62811-672-2229. [Juli & Riza]