Doa Amil Kepada Muzakki

  • Share this:
post-title

Oleh Dr. Abdul Rani Usman, M.Si,
Anggota Badan BMA

Firman Allah: Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui (at-Taubah: 103).

Perencanaan, pengumpulan, dan penyaluran zakat merupakan tugas para penguasa kaum muslimin. Orang kaya wajib menunaikan zakat dan amil atau penguasa wajib menyalurkan kepada 8 Asnaf (at-Taubah: 60). Setelah menyisihkan hartanya untuk zakat, maka secara lahir hartanya akan berkurang. Meski harta berkurang secara lahir, Allah akan menambahkan keberkahannya melalui amalan zakat. Seseorang yang sudah menunaikan zakat tentunya sudah mengamalkan ajaran Islam yang suci dan mulia. Amil zakat yang diamanahkan negara untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat juga diperintahkan untuk mendoakan muzakki yang telah menunaikan zakatnya (at-Taubah: 103). 

Menurut Qardawi, petugas zakat diperintahkan untuk mendoakan muzaki ketika menyerahkan zakatnya agar memotivasi mereka untuk bersegera dalam kebajikan dan sebagai bukti adanya rasa persaudaraan antara si pemberi dengan si penerima, serta untuk membedakan kaum muslimin dengan penganut agama lain dan menolak cukai yang aniaya (Qardawi, 2007:834).  Merujuk kepada at-Taubah ayat 103, maka amil yang menerima zakat diwajibkan berdoa untuk muzaki agar si muzakki tenteram jiwanya dan bahagia atas zakat yang telah ditunaikannya. 

Telah diriwayatkan dari Abdullah bin Aufa, ia berkata: “Apabila datang kepada Rasulullah s.a.w. orang yang membawa sedekah, Nabi bersabda: “Ya Allah, berilah rahmat buat mereka. “Kemudian datanglah Abu Aufa membawa sedekahnya, maka Nabi Bersabda: Ya Allah, berilah rahmat pada keluarga Aufa. Imam Nasa’i meriwayatkan, Nabi s.a.w. berdoa ketika orang membawanya sedekah seekor unta, “Ya Allah, berikanlah keberkahan padanya dan pada untanya.” Hadis lain yang diriwayatkan Ibnu Majah: Ya Allah, jadikanlah ia harta simpanan (yang bermanfaat) dan jangan menjadikannya utang (yang mudharat).” 

Menurut Qardawi, berdoa untuk muzaki sifatnya wajib. Ini sesuai dengan sifat khusus dari zakat dan pandangan Islam kepadanya, serta apa yang membedakannya dengan pajak-pajak yang diwajibkan manusia. Si pemberi zakat dituntut untuk membersihkan hati dan berdoa kepada Allah agar Allah menerima dan menjadikannya simpanan yang bermanfaat baginya, bukan utang yang akan memudharatkannya. Menurut Imam Nawawi, apabila kalian diberi zakat wahai para mustahik zakat, maka janganlah kalian lupa meninggalkan balasan buat si muzaki atas kebaikannya, yaitu dengan mengucapkan: Ya Allah, jadikanlah zakat itu baginya sebagai ghanimah dan jangan menjadikannya sebagai beban (Qardawi :835-836). Doa untuk muzaki diucapkan pula oleh penguasa atau wakilnya, sebagaimana Firman Allah, sebut Qardawi.

Doa seseorang dapat menyejukan hati. Muzaki yang menunaikan zakat sudah pasti memiliki iman yang kuat. Keteguhan iman si muzaki harus dibarengi dengan penerimaan oleh amil yang memahami dan taat beragama pula sehingga ia paham benar bagaimana melayani si Muzaki dengan kejujuran, ketulusan, kesantunan dan keramahan seraya berdoa sebagaimana difirmankan Allah. Seorang muzaki yang menunaikan zakat guna menjalankan syariat Islam dan menginginkan hartanya suci, maka amil dan mustahik wajib mendoakan muzaki sebagaimana disabdakan Nabi.

Amil Melayani Muzaki

Amil unsur ketiga dari asnaf, yaitu petugas penguasa atau hakim atau Teungku yang jujur lagi alim. Amil di BMA dan BMK terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan, pengalaman, dan cara pandang dalam melaksanakan tugasnya sebagai amil. Perspektif amil menjadi sangat penting dalam melakukan perencanaan, pengumpulan dan penyaluran zakat. Pendalaman  penulis di BMA sebagian amil setelah masuk BMA atau BMK lebih rutin mempelajari zakat. Ada yang sebelumnya sudah memahami zakat dan sebagian lagi baru mengenal zakat. Ini harus menjadi perhatian DPS, Badan dan Sekretariat untuk terus membekali amil dengan pengetahuan yang komprehensif tentang zakat.

Memahami zakat secara regulasi jauh lebih mudah karena berlaku secara nasional dan lokal. Akan tetapi pemahaman amil tentang zakat secara spiritual menjadi tuntutan bagi amil di BMA. Amil baik di Baznas, BMA dan BMK membutuhkan pendalaman materi zakat dalam berbagai perspektif guna menjiwai ruh zakat agar perencanaan, pengumpulan dan penyaluran mencapai sasaran yang tepat sesuai asnaf yang ditentukan. Fenomena ini menjadi tanggung jawab penguasa untuk melatih para amil agar sesuai dengan kebutuhan dan konteks zaman.

Pemahaman amil terhadap zakat secara periodik harus terus dilatih agar tugas amil terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Kecerdasan spiritual dan emosional amil akan memikat muzakki untuk menunaikan zakatnya ke BMA. Melihat muzakki yang beragam, maka amil BMA melayani pun penuh dengan santun dan hormat guna dan doa yang dibacakan oleh amil pun tidak boleh dengan terburu-buru agar terhindar dari kesalahan dan kecewanya muzakki. Kelembutan dan santunya amil menyejukkan hati muzakki. Dan nada suaranya pun dalam memohon doa bagi muzaki membahagiakan muzaki. Jika muzaki puas terhadap pelayanan amil, maka muzaki akan terus menunaikan zakat kepada BMA secara terus menerus. 

Konsekuensi logis dari doa amil dan mustahik  akan menyejukkan hati muzaki. Fenomena ini menjadi amanah suci dari amil dan mustahik dalam memanjatkan doa kepada muzaki guna menjadi rahmat dan keberkahan bagi muzakki dan hartanya. Doa bagi muzaki merupakan amanah suci yang tertera dalam Firman Allah dan telah dilaksanakan Nabi. Semoga amil memegang amanah untuk berdoam bagi muzaki. Mustahik sebagai pengguna zakat berdoa bagi muzaki agar keberkahan melimpah kepada muzaki. Wallahua’lam.

Editor: Sayed M. Husen

Tags: