ZAKAT

  • Share this:

Zakat adalah bagian tertentu dari harta yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim apabila telah mencapai syarat yang ditetapkan. Sebagai salah satu rukun Islam, zakat ditunaikan untuk diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (asnaf).

Zakat berasal dari bentuk kata "zaka" yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Dinamakan zakat, karena di dalamnya terkandung harapan untuk memperoleh berkah, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebaikan (Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq: 5)

Makna tumbuh dalam arti zakat menunjukkan bahwa mengeluarkan zakat sebagai sebab adanya pertumbuhan dan perkembangan harta, pelaksanaan zakat itu mengakibatkan pahala menjadi banyak. Sedangkan makna suci menunjukkan bahwa zakat adalah mensucikan jiwa dari kejelekan, kebatilan dan pensuci dari dosa-dosa.


Menurut istilah dalam kitab al-Hâwî, al-Mawardi mendefinisikan zakat dengan nama pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu. Orang yang menunaikan zakat disebut Muzaki. Sedangkan orang yang menerima zakat disebut Mustahik.

Sementara menurut Peraturan Menteri Agama No 52 Tahun 2014, zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha yang dimiliki oleh orang Islam untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.

Zakat dikeluarkan dari harta yang dimiliki. Akan tetapi, tidak semua harta terkena kewajiban zakat. Syarat dikenakannya zakat atas harta di antaranya:

1) harta tersebut merupakan barang halal dan diperoleh dengan cara yang halal;

2) harta tersebut dimiliki penuh oleh pemiliknya;

3) harta tersebut merupakan harta yang dapat berkembang;

4) harta tersebut mencapai nishab sesuai jenis hartanya;

5) harta tersebut melewati haul; dan

6) pemilik harta tidak memiliki hutang jangka pendek yang harus dilunasi.


SYARAT HARTA KENA ZAKAT

Zakat dikeluarkan dari harta yang dimiliki. Akan tetapi, tidak semua harta terkena kewajiban zakat. Syarat dikenakannya zakat atas harta di antaranya:

Harta tersebut merupakan barang halal dan diperoleh dengan cara yang halal

Harta tersebut dimiliki penuh oleh pemiliknya

Harta tersebut merupakan harta yang dapat berkembang atau dapat diproduktifkan

Harta tersebut mencapai nishab sesuai jenis hartanya

Harta tersebut melewati haul atau telah tiba saat untuk menunaikannya, tergantung jenis hartanya



JENIS ZAKAT

Secara umum zakat terbagi menjadi dua jenis, yakni zakat fitrah dan zakat mal. 

Zakat fitrah (zakat al-fitr) adalah zakat yang diwajibkan atas setiap jiwa baik lelaki dan perempuan muslim yang dilakukan pada bulan Ramadhan.

Zakat mal adalah zakat yang dikenakan atas segala jenis harta, yang secara zat maupun substansi perolehannya, tidak bertentangan dengan ketentuan agama. Zakat mal terdiri dari: 

1. Zakat perhiasan berupa emas, perak, dan logam mulia lainnya

2. Zakat uang dan surat berharga lainnya

3. Zakat hasil perdagangan

4. Zakat hasil pertanian dan perkebunan

5. Zakat hasil peternakan dan perikanan

6. Zakat hasil pertambangan

7. Zakat hasil perindustrian

8. Zakat hasil profesi dan pendapatan

9. Zakat rikaz


ASNAF (8 GOLONGAN) PENERIMA ZAKAT

Sebagai instrumen yang masuk dalam salah satu Rukun Islam, zakat memiliki aturan mengikat dari segi ilmu fiqihnya. Salah satu di antaranya adalah kepada siapa zakat diberikan.

Dalam QS. At-Taubah ayat 60, Allah memberikan ketentuan ada delapan golongan orang yang menerima zakat, yaitu sebagai berikut:



1. Fakir, mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup.

2. Miskin, mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan.

3. Amil, mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.

4. Mualaf, mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menguatkan dalam tauhid dan syariah.

5. Riqab, budak atau hamba sahaya yang ingin memerdekakan dirinya.

6. Gharimin, mereka yang berhutang untuk kebutuhan hidup dalam mempertahankan jiwa dan izzahnya.

7. Fisabilillah, mereka yang berjuang di jalan Allah dalam bentuk kegiatan dakwah, jihad dan sebagainya.

8. Ibnu Sabil, mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan kepada Allah.


ZAKAT DAN QANUN ACEH

Pengelolaan zakat di Aceh diatur dalam Qanun Aceh Nomor 03 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2018 tentang Baitul Mal (klik di sini untuk mengunduh file qanun tersebut)

Berikut ringkasan pasal yang terkait dengan posisi zakat, harta kena zakat dan wajib zakat (muzakki):

Pasal 97

(1) Zakat merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersifat khusus.

(2) Zakat dikelola oleh Baitul Mal sebagai badan independen. 

(3) Proses Pengelolaan dan Pengembangan Zakat dilaksanakan sesuai dengan Syariat      Islam. 

Pasal 98

(1) Zakat yang wajib dibayar terdiri atas: 

a. zakat fitrah; 

b. zakat mal; 

c. zakat penghasilan; dan 

d. zakat rikaz. 


(2) Zakat fitrah merupakan Zakat yang wajib dibayar oleh setiap pribadi muslim atau orang tua/walinya dalam bentuk makanan pokok atau uang seharga makanan pokok dalam bulan Ramadhan sampai sebelum pelaksanaan Shalat Idul Fitri setiap tahun. 


(3) Zakat mal merupakan zakat atas harta simpanan yang meliputi: 

b. emas; 

c. perak; 

d. logam mulia lainnya; 

e. uang dan surat berharga; 

f. tanah yang tidak diusahakan yang dijadikan sebagai investasi; dan 

g. harta kekayaan lainnya yang dijadikan sebagai simpanan. 


(4)  Zakat penghasilan meliputi hasil dari: 

a. usaha perdagangan; 

b. usaha pertanian; 

c. usaha peternakan; 

d. usaha pertambangan; 

e. usaha perindustrian, perkebuhan, perikanan dan segala macam usaha lainnya yang hasil usahanya bernilai ekonomis dan menjadi komoditas perdagangan; 

f. usaha jasa profesi; dan 

g. gaji dan imbalan jasa lainnya. 


(5)  Zakat rikaz merupakan harta karun yang ditemukan.

(6)  Jenis harta/simpanan, penghasilan, dan rikaz yang wajib dikeluarkan zakatnya di           luar sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4) dan ayat (5), ditetapkan berdasarkan fatwa MPU Aceh. 

(7)  Zakat fitrah bukan merupakan Pendapatan Asli Daerah.



Pasal 102 

(1)  Setiap orang yang beragama Islam atau Badan Usaha yang dimiliki oleh orang Islam dan berdomisili dan/atau melakukan kegiatan usaha di Aceh yang memenuhi syarat sebagai Muzakki wajib menunaikan Zakat melalui Baitul Mal. 

(2)  Setiap orang atau Badan Usaha yang tidak memenuhi syarat sebagai Muzakki, dapat membayar Infak kepada Baitul Mal setempat sesuai dengan ketentuan syari’at.