Tim BMA Liput Mustahik Program ODGJ

  • Share this:
post-title

Banda Aceh – Tim Liputan Baitul Mal Aceh (BMA) yang terdiri atas Kepala Sub Bagian Sosialisasi dan Advokasi Sekretariat BMA Chairai Yarah, Sayed M Husen, Aulia Andani, dan Muzzammil melakukan liputan dalam format video Program Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Banda Aceh dan Aceh Besar,  Rabu dan Sabtu (3 dan 6/5/2023). 

Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Sekretariat BMA, Didi Setiadi, mengatakan, tim tersebut membuat video untuk diikutsertakan dalam perlombaan Sistem Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. 

Didi menjelaskan, program ODGJ adalah penyaluran zakat senif fakir yang terintegrasi dengan program fakir uzur bidang kesehatan. Program ini dilaksanakan sejak tahun 2021 untuk membantu 80 mustahik secara berkelanjutan di 14 kabupaten/kota seluruh Aceh. Masing-masing mustahik mendapat bantuan tunai Rp 500 ribu setiap bulan. Sejak tahun 2023, bantuan ditingkatkan menjadi Rp 600 ribu.

Adapun 14 kabupaten/kota yang menjadi lokus program ODGJ adalah Banda Aceh 8 orang, Aceh Besar 46, Pidie 3, dan Pidie Jaya 1. Kabupaten Bireuen 4 mustahik, Aceh Utara 6, Lhokseumawe 2, Aceh Tenggara 2, Gayo Lues 1, Aceh Timur 2, Aceh Selatan 1, Aceh Jaya 2, Simeulue 1, serta Subulussalam 1 mustahik. 

“Program ini terus kami monitoring dan evaluasi, sehingga pada tahun 2023 tinggal 70 mustahik lagi dan belum ada penambahan mustahik baru. Bahkan, satu orang mustahik tahun ini di Aceh Tenggara telah meninggal, sehingga bantuannya kita hentikan,” ujar Didi.

Menurut Didi, program ODGJ  membantu meringankan beban keluarga miskin dalam membiayai transportasi berobat rutin ke RSJ dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.  

Sementara itu, Ketua Tim Liputan BMA Chairai Yarah, mengatakan telah membuat vidio kehidupan sehari-hari mustahik atas nama Abd Rahman (35 tahun) yang tinggal bersama ibunya Nurasiah (58 tahun), saudara kandungnya Musliadi M (43) dan Khairati M (37 tahun) di Jalan Tanjung Dusun T. Dipulo, Desa Lampulo, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.

“Keluarga ini membutuhkan bantuan tambahan sebab belum dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara penuh. Fakta itu diketahui dari pengakuan Nurasiah, bahwa selama ini dia tak dapat lagi pekerjaan sebagai tukang cuci pakaian dan peternakan kambing pun terhenti. Sementara anaknya, Musliadi, yang bekerja sebagai buruh bongkar muat di pelabuhan nelayan Lampulo juga tidak memperoleh penghasilan tetap,” urainya.

Karena itu, bantuan zakat dari BMA setiap bulan Rp 600 ribu cukup membantu keluarga ini sebagai dana transportasi anaknya berobat ke RSJ dan menutupi sebagian kebutuhan pokok sehari-hari. Hal yang sama dikemukakan Petugas Community Mental Health Nursing (CMHN)  Puskesmas Lhoong, Cut Novita, yang selama ini mendampingi dan merawat Muhammad Safran di Desa Lamgeureuheu, Kecamatan Lhoong, Aceh Besar.

“Bantuan dari Baitul Mal Aceh cukup membantu mereka,” tutur Cut Novita.

Keluarga Muhammad Safran yang terdiri atas lima orang, tiga di antaranya berstatus ODGJ. Ayah Muhammad Safran yang juga ODGJ sekarang dirawat oleh kakaknya yang sudah berkeluarga di Desa Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar. Satu orang lagi anggota keluarga (ODGJ) tidak diketahui keberadaannya. Sementara, Muhammad Safran sedang dirawat di RSJ Banda Aceh. Ketika sedang tidak perlu rawatan di RSJ, Muhammad Safran diurus dan didampingi oleh Cut Novita di Lhoong (rumah bantuan tsunami). 

Menurut Cut Novita, penyandang ODGJ di Lhoong mencapai 43 orang dari 18 desa, sementara yang mendapat bantuan dari BMA baru satu orang. Dia mengharapkan, BMA dapat membantu lebih banyak lagi ODGJ, sebab yang memerlukan berobat mandiri secara rutin ke RSJ di Banda Aceh dan Puskesmas mencapai 22 orang, dirawat di RSJ 10 orang, dan 11 memerlukan bantuan perawatan.

“Kami juga menghapkan dukungan masyarakat supaya dapat menerima mereka apa adanya.” harap Cut Novita.  

Repoter: Sayed M. Husen
Editor: Arif Arham