Memahami Ma’had Tahfidz

  • Share this:
post-title

Oleh: Sayed M. Husen
(Amil BMA)

Tim Verifikasi Banda Aceh dan Aceh Besar Baitul Mal Aceh (Tim Abes) melakukan verifikasi calon mustahik penerima manfaat program tahfidz 10 juz  pada 24 dayah, ma'had tahfidz, dan rumah Alquran lainnya. Tugas tim memastikan 59 calon mustahik telah sesuai kriteria yang ditetapkan BMA. 

Tim Abes BMA yang terdiri dari Agus Mulyadi ST, Dina Setia Ningsih AMa, Muliana SSi, dan saya sendiri, setelah mengikuti rapat pembekalan pada Senin 17 Juli 2023, langsung melaksanakan tugas tanggal 21-25 Juli 2023. Tim Abes bergerak bersamaan dengan tim lainnya yang bertugas ke Subulussalam,  Singkil, dan Aceh Barat. 

Ada juga tim verifikasi yang ditugaskan ke Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Pidie Jaya, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tamiang, Pidie, Bireuen, Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, Aceh Tenggara, serta Simeulue.    

Menurut Plt Kepala Sekretariat BMA, Didi Setiadi, BMA melakukan verifikasi terhadap 349 santri penghafal Al-Qur'an di seluruh Aceh.  Program ini untuk meringankan beban para santri penghafal Al-Qur'an yang berasal dari keluarga miskin.

“Melalui program ini, BMA berupaya memberikan dukungan finansial kepada para calon mustahik dengan membantu dana beasiswa sebesar Rp 1 juta setiap bulan selama 12 bulan. Beasiswa tersebut akan diberikan kepada calon mustahik yang telah lulus verifikasi,” ujar Didi seperti dilansir baitulmal.acehprov.go.id, (24/7/2023).

Dalam pembekalan tim disampaikan kriteria mustahik yang telah ditetapkan BMA, yaitu terdaftar sebagai santri aktif pada dayah, pesantren, sekolah, atau LPTQ dalam wilayah Aceh; santri yang sedang menjalani program tahfidz Alquran; ber-KTP dan berdomisili di wilayah Aceh. 

Kriteria lainnya adalah, santri yang berstatus keluarga miskin, yang berpenghasilan  di bawah Rp 2,3 juta; setoran hafalan minimal 10 juz; satu keluarga maksimal mengajukan dua pemohonan; umur maksimal 20 tahun; serta bukan penerima bantuan yang sama dari BMA pada tahun 2022.   

Tim Abes memulai tugas dengan memilih lokasi kunjungan yang telah kami sepakati bersama dan merencanakan rute perjalanan hari pertama hingga hari terakhir. Kami memastikan bahwa calon mustahik memenuhi kelengkapan administrasi yang diperlukan, berasal dari keluarga kurang mampu, dan benar sedang menghafal Alquran 10 juz.  

Kami pun berbagi tugas, yang diawali dengan pemeriksaan berkas yang telah dikirimkan secara online dan wawancara tentang status ekonomi keluarga oleh Dina dan Nana. Setelah itu, saya dan Agus “mendengarkan” hafalan santri pada awal surat, pertengahan surat, dan hafalan acakan. Tak lupa kami mendokumentasikan proses tersebut. Begitu seterusnya teknik kerja pada lokasi-lokasi lainnya. 

Dalam “dinas luar” kali ini, kami mengunjungi ma'had, pesantren, dayah, atau rumah tahfidz yang lebih beragam dilihat dari karakteristik program dan latar belakang pengelolanya. Secara umum program tahfidz dapat dikelompokkan sebagai ma'had tahfidz, tahfidz intensif, kurikulum tahfidz, ekstrakurikuler tahfidz, rumah tahfidz, serta tahfidz mandiri.

Demikian juga dari segi latar belakang pengelola yang bervariasi, misalnya Jamaah Tabligh, salafi, dayah terpadu, dayah tahfidz, Islam terpadu, serya dayah tradisional. Justru yang cukup menarik, santri tahfidz juga terdapat di dayah tradisional seperti di Lubok Sukon,  Gampong Meulayo, dan Kuta Baro. 

Sebagai data dan informasi berikut nama-nama ma'had, pesantren, dayah, atau rumah tahfidz yang kami kunjungi dan telah mengirimkan data santri tahfidz melalui Baitul Mal Kab/Kota (BMK) Banda Aceh dan Aceh Besar: Ma’had Tahfidzul Quran Daarut Tibyaan, MAK Imam Annawawi, dan Dayah Tahfidz Al Misk. 

Berikutnya, Dayah Al Fathani Darussalam, MIT Daarut Tahfizh Al Ikhlas, Pondok Tahfidz Ihyaul Quran, Al-Athiyah Tahfizh Al-Quran, Dayah Darul Fikri/Nurul Fikri Aceh, Dayah Dar Maryam Binti Ibrahim, Dayah Insan Qurani, Pesantren Tgk Chik Eumpe Awe, Yayasan Dayah Bustanul Ulum, SDIT Al Fityan School Aceh, Pondok Tahfidz Istambul, serta Dayah Darul Aman. 

Kemudian, Ma’had Assunnah, Dayah Ruhul Islam Anak Bangsa, Dayah Tahfidz Quran Ubay Bin Ka’ab, Ma’had Daarut Tahfidz Al-Ikhlas, Dayah Terpadu Al-Manar, Dayah Darul Muta’allimin,  Dayah Daruzzahidin, Rumah Hafalan Mahasiswa, serta Madrasah Ulumul Quran.     

Di sela-sela tugas sebagai verifikator, saya berkesempatan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pengelola tahfidz untuk memahami dinamika dan karakteristik pengelolaan tahfidz di Banda Aceh dan Aceh Besar. Sebelumnya, dalam tugas serupa tahun-tahun sebelumnya, saya pernah mendapat data dan informasi tahfidz di Pidie, Pidie Jaya, Lhokseumawe, serta Aceh Utara.     

Dari  informasi yang kami himpun, ternyata tidak semua calon mustahik adalah santri ma'had tahfidz dan rumah Alquran, namun ada juga santri di pesantren terpadu dan dayah tradisional, dengan program tahfidz yang berbeda.  Tentu saja masing-masing program tahfidz memiliki kelebihan dan kekurangannya. 

Misalnya, program tahfidz intensif yang hanya menghafal Al-Quran saja selama dua hingga tiga tahun, sementara untuk mendapatkan ijazah sekolah cukup mengikuti ujian penyetaraan. Program seperti ini tersedia di Ma’had Assunnah, Daarut Tibyaan, Al-Ikhlas, Dar Maryam, Ubay bin Ka’ab, serta Bustanul Ulum Cot Goh.  

Ada juga ma'had tahfidz tingkat SLTP dan SLTA yang memadukan sekolah/madrasah/dayah hingga santri menamatkan hafalan 30 juz, seperti Insan Qurani dan Al-Ikhlas.  Sebagian lagi mempraktikkan kurikulum tahfidz 5 sampai 6 juz selama tiga tahun. Bahkan ada pesantren terpadu yang menambah kegiatan ekstrakurikuler tahfidz bagi santri yang berminat. 

Kami juga mendapatkan informasi rumah tahfidz dan tahfidz mandiri. Kedua lembaga tahfidz ini lebih mengandalkan inisiatif santri untuk bergabung di rumah tahfidz atau belajar menghafal Al-Quran secara mandiri di dayah tradisional, yang tentu saja tetap dibimbing oleh teungku/ustaz atau ustazah.   

Dilihat dari jumlah santri, program tahfidz di Banda Aceh dan Aceh Besar berkisar 12 hingga 1.200 santri. Jumlah terkecil adalah Rumah Hafalan di Tanjung Selamat dan jumlah santri tertinggi di Al-Ikhlas yang memiliki tiga kampus. 

Kemudian dari segi biaya bulanan Rumah Hafalan hanya membayar biaya air dan listrik, demikian juga Dayah Darul Aman Lubok Sukon, sementara SPP tertinggi adalah tahfidz yang memadukan kurikulum sekolah, Islam Terpadu (IT), dan dayah,  yang mencapai Rp 1,9 juta perbulan.    

Dalam melaksanakan tugas amil zakat ini, secara pribadi saya merasa bersyukur karena sekalian dapat mengunjungi beberapa pesantren dan lembaga tahfidz yang telah lama saya “niatkan” seperti Pesantren Eumpe Awe, Darul Fikri/Nurul Fikri, Daruzzahidin, Al Fityan, Darul Muta’allimin, dan Madrasatul Quran.

Sesuatu yang Allah Swt takdirkan juga, sambil melaksanakan tugas saya bisa berjumpa ananda yang sedang nyantri yaitu Cut Zahara di Darul Muta’allimin (anak Dek Ton Sabang), Zahid di Pesantren Al-Manar (anak Ahmad Arfiza), dan ananda tersayang Rafidah Assa’adah di Dayah Insan Qurani.

Yang paling berkesan juga, baru kali ini Tim Abes mendapat kesempatan dinas luar satu tim, yang berkesempatan bekerja sama dan saling memahami dalam melaksanakan tugas. Tersedia juga waktu yang cukup di sela-sela dinas kami berbagi cerita tentang pilihan makanan, minuman, harapan-harapan, tentang keluarga, bahkan tentang jodoh. 

Satu catatan penting di akhir tulisan ini, kami mendapat “permohonan’ dari Daarut Tibyaan yang mengasuh sekitar 80 santri putra dan putri. Mereka menumpang dan menyewa tiga rumah di kawasan Jeulingke Banda Aceh. Adalah harapan besar pengelolanya kiranya mendapatkan tanah wakaf untuk membangun ma’had tahfidz yang representatif. 

Harapan lain  kiranya BMA terus menambah jumlah santri yang mendapatkan bantuan tahfidz dan ikut merencanakan program manajemen pasca tahfidz 30 juz. Tak cukup rasanya bekal ilmu yang diperoleh seorang hafidz yang hanya menghafal Al-Quran 30 juz. Mereka masih memerlukan bekal lain,  berupa penguasaan bahasa Arab dan pendalaman ilmu-ilmu Islam lainnya.

Tugas terakhir Tim Abes adalah membuat laporan dan membahas siapa saja santri yang lulus verifikasi dan mendapat beasiswa tahfidz BMA tahun 2023. Tidak berlebihan kiranya jika kami pun sempat menitipkan pesan kepada santri supaya rutin murajaah dan merawat hafalan. 

Sebab kami menemukan fakta, hampir 30% santri yang kami verifikasi kurang lancar hafalannya akibat baru liburan dan memacu hafalan baru, sementara hafalan yang ada kurang diulang-ulang kembali. *

Tags: